Mencoba tenang.. hembuskan nafas, lalu pikirkan kembali

 20.22 

tepat pada waktu itu aku semacam mengungkapkan perasaan kesal terhadap saudara kandungku sendiri. aku tau tidak seharusnya aku seperti itu, tidak perlu iri karena aku sudah dikasih kesempatan untuk mendapatkan apa yang sekarang ia dapatkan. lalu kenapa aku harus mengungkapkan itu dengan mengaitkan hal yang sebelumnya terjadi? maafkan aku Tuhan emosiku diluar kendaliku. 

aku mencoba menghindar. mencoba bermain game dihandphone untuk mengalihkan emosiku. mencoba tertawa untuk ngobrol dengan kedua orang tuaku. tapi perasaan itu masih bergejolak rasanya masih sulit aku padamkan emosiku sendiri walaupun mulutku bisa tertawa terbahak bahak didepan kedua orang tuaku. aku mencoba mengambil nafas lebih dalam lalu membuangnya lebih banyak, sebanyak emosi yang aku rasakan. aku ulangi terus menerus sampe otakku mulai mencerna apa yang terjadi. aku fikirkan dari sisi lain. sisi yang berlawanan dari emosiku. ternyata tidak seburuk itu.

jika bisa aku bandingkan,

ketika aku emosi fikiran aku berkata, 

"lihat bagaimana kesombongan dia setelah mendapatkan itu semua" 

tapi ketika tenang aku berfikir,

"untuk apa aku harus menyalahkan sifat sombong itu, jika Tuhan saja sudah memberi takdir baik melalui itu"

ketika aku emosi fikiran aku berkata,

"lihat saja nanti bagaimana dia memanfaatkan itu, apakah akan mengutamakan kepentingan bersama atau tidak"

tapi ketika tenang aku berfikir,

"aku tidak berhak mengatur apa yang sudah miliknya, bagaimanapun itu haknya dan kenapa ngga aku percaya saja dia pasti jauh lebih baik memanfaatkannya"

dan yang terakhir menurutku ini agak sedikit jahat. aku sampe berfikir bagaimana caranya supaya sesuatu yang ia dapat itu bisa digunakan untuk kepentingan umum dengan memberitahukan ke kedua orangtuaku. 

tidak boleh sekali lagi. 

itu bukan hakku dan aku merasa tidak perlu bertanggung jawab atas apa yang ia peroleh. mengingat kedudukanku yang mungkin harusnya bisa menghormati beliau. mengenai ia ingat dengan keluarga atau tidak itu biarkan kesadaran hati nuraninya. bukan karena itu tanggung jawabku hanya saja aku cukup sekedar mengingatkan, selebihnya pilihan beliau.

dari tulisan diatas saja sudah terlihat bagaimana aku menegaskan poin utamanya. emosiku akan kalah dengan logikaku ketika sedang berjalan. tidak apa mungkin hari ini belum 100% menahan seutuhnya. setidaknya aku masih diberi kesempatan sama Tuhan bagaimana aku bisa mengendalikan. kendali kelemahan yang selalu aku jadikan senjata ketika aku tidak bisa disalahkan.

dan dihari ini diakhir tulisan ini aku akan berterima kasih. mungkin akan berat sekali untuk mengucapkan kata maaf kepada orang orang yang sudah terlanjur mendengar apa yang sudah aku ucap. tapi aku akan berterima kasih kepada Tuhan atas hidayah, berkah dan cahayaNya hari ini. terima kasih Tuhan atas segala kesempatan yang Engkau ciptakan. Terima kasih


note:

jangan mau dikendalikan, ayo coba lawan dan kamu yang kendalikan

Komentar

  1. Terima kasih karena tidak pernah lelah berusaha untuk menjadi yang lebih baik setiap harinya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih sudah mau berkembang baik samasama

      Hapus

Posting Komentar

Postingan Populer